POTENSI INDUSTRI NON KAYU




POTENSI INDUSTRI NON KAYU

Pemanfaatan lahan hutan/tegakan untuk pengembangan industri non kayu dengan memaksimalkan setiap jengkal lahan yang tersedia dapat meningkatkan pengusahaan hutan di jawa.
Industri non kayu mempunyai kenggulan keunggulan antara lain.

a. Penggunaan jenis jenis bahan baku tidak harus menebang pohon, sehingga tidak ada pembatasan ketinggian tempat dan topografi.
b. Secara umum bersifat padat karya.
C. Daur  lebih pendek sehingga dalam waktu singkat sudah bisa menghasilkan.

Dengan demikian industri non kayu dapat meningkatkan peran sosial, ekonomu dan ekologi hutan sekaligus.

INDUSTRI NON KAYU



Salah satunya ada lah Gondorukem, Memanfaatkan Tegakan pinus (pinus merkusii) sebelum di pungut kayunya, yang disadap adalah getah nya sejak berumur 11 tahun.

Upaya peningkatan produksinya telah memberikan andil pada perolehan penghasilan perusahaan.


Industri Gondorukem
Industri ini mengolah bahan baku getah pinus menjadi gondorukem dan minyak terpentin. Pabrik gondorukem yang pertama (1957) dengan proses pengolahan yang sangat sederhana, yaitu dengan cara pemanasan langsung. Cara ini dikenal dengan nama "KOHOBASHI". Produk gondorukem yang dihasilkan dengan cara ini berwarna hitam dan kandungan kotoran nya tinggi. Umumnya produk gondoruken di gunakan pada Industri batik, dan minyak terpentin sebagai pelarut cat.


Metoda Pengolahan 

"Sistem Pemanasan Tidak Langsung Dengan Uap"

Pertama :

 Pemurnian getah pinus untuk memisahkan kotoran kotoran kasar maupun halus yang akan mempengaruhi warna gondorukem dengan cara penyaringan, pencucian dengan air, dan pengendapan.

Kedua : 

memisahkan terpentin dari gondorukem dengan cara penyulingan.
Industri Gondorukem
Industri ini mengolah bahan baku getah pinus menjadi gondorukem dan minyak terpentin. Pabrik gondorukem yang pertama (1957) dengan proses pengolahan yang sangat sederhana, yaitu dengan cara pemanasan langsung. Cara ini dikenal dengan nama "KOHOBASHI". Produk gondorukem yang dihasilkan dengan cara ini berwarna hitam dan kandungan kotoran nya tinggi. Umumnya produk gondoruken di gunakan pada Industri batik, dan minyak terpentin sebagai pelarut cat.

Metoda Pengolahan "Sistem Pemanasan Tidak Langsung Dengan Uap"

Pertama : Pemurnian getah pinus untuk memisahkan kotoran kotoran kasar maupun halus yang akan mempengaruhi warna gondorukem dengan cara penyaringan, pencucian dengan air, dan pengendapan.
Kedua : memisahkan terpentin dari gondorukem dengan cara penyulingan.

Gondorukem tidak lagi sekedar untuk keperluan industri batik tetapi juga merupakan bahan baku bagi industri industri adhesive, kertas, printing ink, flooring, chewing gumm, dan lain lain. Sedangkan terpentin merupakan bahan baku industri aromatic dan disinfectan


narasumber : jurnal.pdii.lipi.go.id  oleh KOEN MARJATI



PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE TRADISIONAL



Pada dasarnya menyadap pohon pinus adalah upaya untuk dapat menghasilkan getah yang banyak dengan melukai batang pohon, baik melalui cara membuat kowakan/quare maupun dengan cara membuat luka atau dengan membuat irisan yang di sebut sistem riil.
Sebagaimana makhluk hidup pada umum nya, pada saat tubuh di lukai maka dari dalam tubuh akan mengadakan upaya penutupan luka agar dapat segera sembuh dan sehat kembali. Tidak ubahnya pohon pinus yang di sadap maka batangnya akan segera menutup luka dengan mengeluarkan cairan yang berupa getah dan getah inilah yang akan kita ambil untuk di manfaatkan.
Sifat dasar dari getah pinus ini adalah cepat beku dan mengeras sehingga luka sadap akan segera tertutup kembali sehingga getah akan berhenti mengalir dan produksi  yang kita hasilkan akan sedikit. Oleh sebab itu diperlukan upaya agar getah dapat terus keluar yaitu dengan cara memberikan cairan kimia pada luka sadap, biasanya berupa asam sulfat yang di cairkan dengan cara menyemprotkan pada bidang luka sadapan setelah di lakukan pembaharuan luka sadap.
Berdasarkan uraian di atas maka pekerjaan menyadap pohon pinus diperlukan kesungguhan dalam bekerja dengan tingkat disiplin yang tinggi serta dipahami dengan benar bagaimana menyadap pohon pinus yang baik dan benar agar hasil kerja kita dapat bermanfaat dan menghasilkan uang yang dapat mencukupi kebutuhan hidup bahkan dapat memberikan hasil yang lebih pada akhirnya dapat mensejahterakan masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi terhadap kegiatan perekonomian dari kegiata penyadapan pohon pinus ini.

sumber: Ir Erdy Sastra Saiyar

PROSES PENGOLAHAN GETAH PINUS



PROSES PENGOLAHAN GETAH PINUS 

 Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perum Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui beberapa tahapan :

1) Penerimaan & Pengujian Bahan Baku 
2) Pengenceran 
3) Pencucian & Penyaringan 
4) Pemanasan/pemasakan 
5) Pengujian& Pengemasan Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil distilasi/penyulingan dari getah Pinus. 

Gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan Terpentin berbentuk cair berwarna jernih serta merupakan pelarut yang kuat. 

Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan : 

- Pemurnian getah dari kotoran-kotaran 
- Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan. 

Proses pemurnian getah

- pengenceran getah dengan terpentin 
- pengambilan/penyaringan kotoran kasar 
- pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan. 

Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya. 

- dilakukan dengan pemanasan langsung 
- dilakukan dengan pemanasan tidak langsung. (menggunakan uap) Dalam perdagangan, gondorukem dibedakan dalam beberapa mutu/kualita. 

Faktor utama yang menentukan mutu adalah :

 - warna 
- titik lunak 
- kadar kotoran. 

Di Indonesia telah dibuat standardisasi mengenai mutu gondorukem, yang dikelompokan dalam mutu I, mutu II, mutu III serta lokal. Warna gondorukem disebut dengan X (Rex) untuk warna yang paling jernih, kemudian WW (Water White) untuk warna yang beningnya seperti air dan WG (Window Glass) untuk warna yang bening seperti kaca jendela dan N (Nancy) untuk warna Kuning kecoklat-coklatan, dan M dan seterusnya untuk warna yang lebih gelap. Softening point, adalah komponen mengenai kekerasannya yang ditunjukkan dengan derajat Celcius (°C). Kadar kotoran yang ditunjukkan dalam prosen (%) adalah kotoran-kotoran kasar yang terkandung dalam gondorukem. 

Untuk terpentin hanya ditentukan satu mutu, yakni

- warna jernih 
- kandungan kotoran 
- komposisi Alpha pinene & Betha pinene 
- Aroma Khas Terpentin. 

Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. 

Getah Pinus yang dikumpulkan dan diterima di PGT berupa

- cairan kental yang bercampur dengan kristal, 
- air, 
- serpihan kayu, 
- daun pinus, 
- kembang pinus, 
- dan kotoran-kotoran lain yang sengaja/tak sengaja dicampurkan (tanah, pasir dll). 

Oleh karenanya Kualitas Getah ditentukan oleh kadar kotoran dan warnanya. Untuk memperoleh Gondorukem berkualitas baik diperlukan getah yang baik pula. Karenanya sangat membantu bila sekiranya getah bisa dipisahkan sesuai dengan kualitasnya. Kalau tidak, maka diperlukan peralatan yang baik dan canggih untuk mendapatkan kembali getah yang berkualita baik. Dalam proses pengenceran getah dengan penambahan beberapa liter terpentin sesuai dengan kondisi getah yang akan diproses. Pengenceran getah ini dimaksudkan untuk memudahkan pemisahan kotoran dari getah maupun memudahkan didalam pemindahan dan penyaringannya. Setelah mencapai kondisi pengenceran yang diinginkan maka larutan getah didiamkan/diendapkan beberapa menit untuk memberikan kesempatan terjadinya endapan kotoran dan air turun kebawah, setelah itu dilakukan pembuangan dan penyaringan. Dari hasil akhir proses pada tangki pemurnian dapat diketahui hasil gondorukem dan terpentin yang baik atau tidak. Pada proses tangki pemurnian ini pula sangat ditentukan perlakuan yang cermat dan trampil, karena meskipun dari hasil proses pencucian berhasil sempurna namun tanpa ada dukungan dari proses pemasakan yang baik maka hasil dari gondorukem pun jadi bermutu rendah, misalnya titik lunak terlalu rendah, browning/hangus, atau berkristal. Untuk itu didalam menangani tangki pemasakan ini diperlukan ketelitian dan kecermatan operator didalam melakukan pemasakan maupun mengenal peralatan yang ditangani (karakter alat). 

Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain :

- Pemanasan harus bertahap 
- Tekanan vakum 
- Tekanan uap dari uap penekan (Open steam) tidak terlalu besar (golakan tidak terlalu besar) 
- Suhu pemanasan 
- Suhu peludangan (canning) 

narasumber :

OIL PINE RESIN


GETAH PINUS.
Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii.Getah pinus, merupakan bahan baku pembuatan minyak gondorukem dan terpentin.Mutu getah pinus ditentukan oleh kadar kotoran dan warnanya.Warna getah yang putih adalah warna yang baik, dan merupakan getah pinus dengan Mutu A.Sedangkan warna yang lebih tua merupakan Mutu B.Warna getah yang lebih tua dikarenakan getah pinus mengandung banyak kotoran.
Di Indonesia, telah dibuat standarisasi mengenai mutu getah pinus yang di kelompokkan sebagai berikut:
Grade 1 : X ( Rex)
Grade 2 : WW ( White Water)
Grade 3 : WG ( Window Glass )
Grade 4 : N ( Nancy) .
Warna getah pinus disebut dengan X ( Rex) untuk warna yang paling jernih, kemudian WW ( Water White) untuk warna yang beningnya seperti air dan WG ( Window Glass) untuk warna yang bening seperti kaca jendela dan N ( Nancy) untuk warna Kuning kecoklat-coklatan, dan M dan seterusnya untuk warna yang lebih gelap. Softening point, adalah komponen mengenai kekerasannya yang ditunjukkan dengan derajat Celcius ( ° C) .

PROSES PENGOLAHAN GETAH PINUS MENJADI MINYAK GONDORUKEM dan TERPENTIN.
Kegunaan Gondorukem yang selama ini dikenal awam adalah sebagai bahan proses pembuatan batik dan bahan untuk melekatkan patri atau solder. Namun kenyataannya gondorukem mempunyai kegunaan lain yang bernilai ekonomis tinggi yaitu : Untuk pelapis kertas, bahan additive, tinta printing, industri ban, isolasi alat elektronik, cat, vernis, plastik, sabun. semir sepatu, keramik. lem dan lain lain.Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan, yaitu Pemurnian getah pinus dari kotoran-kotoran, dan pemisahan terpentin dari minyak gondorukem melalui proses distilasi/ penguapan.Dalam proses pemurnian getah pinus, terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1.Penerimaan dan pengujian bahan baku ( getah pinus) .
2.Pengenceran getah pinus.
Proses pengenceran getah pinus dilakukan dengan bantuan terpentin.Dalam proses pengenceran getah dengan penambahan beberapa liter terpentin sesuai dengan kondisi getah yang akan diproses. Pengenceran getah ini dimaksudkan untuk memudahkan pemisahan kotoran dari getah maupun memudahkan didalam pemindahan dan penyaringannya. Setelah mencapai kondisi pengenceran yang diinginkan maka larutan getah didiamkan/ diendapkan beberapa menit untuk memberikan kesempatan terjadinya endapan kotoran dan air turun kebawah, setelah itu dilakukan pembuangan dan penyaringan
3.Pencucian dan penyaringan getah pinus.
Proses pencucian dan penyaringan getah pinus dapat dilakukan dengan pengendapan, ataupun penyaringan.
4.Pemanasan/ pemasakan getah pinus.
Proses ini adalah tahapan untuk tujuan pemisahan minyak gondorukem dan terpentin.Proses ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pemanasan langsung, dan/ ataupun pemanasan tidak langsung ( dengan menggunakan uap) . Dari hasil akhir proses pada tangki pemurnian dapat diketahui hasil gondorukem dan terpentin yang baik atau tidak. Pada proses tangki pemurnian ini pula sangat ditentukan perlakuan yang cermat dan trampil, karena meskipun dari hasil proses pencucian berhasil sempurna namun tanpa ada dukungan dari proses pemasakan yang baik maka hasil dari gondorukem pun jadi bermutu rendah, misalnya titik lunak terlalu rendah, browning/ hangus, atau berkristal.Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain adalah, pemanasan harus bertahap, tekanan vakum, tekanan uap dari uap penekan ( open steam) tidak terlalu besar, suhu pemanasan, dan suhu peludangan ( canning) .
5.Pengujian dan pengemasan hasil olahan getah pinus ( minyak gondorukem dan terpentin) .
Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil distilasi/ penyulingan dari getah Pinus. Gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan Terpentin berbentuk cair berwarna jernih serta merupakan pelarut yang kuat.Dalam perdagangan, gondorukem dibedakan dalam beberapa mutu/ kualita. Faktor utama yang menentukan mutu adalah warna, titik lunak, dan kadar kotoran.Di Indonesia, telah dibuat standarisasi mengenai mutu gondorukem.Yang dikelompokkan dalam kelompok Mutu I, Mutu II, Mutu III, serta Lokal.



sumber : http://danautoba-kopiluwak.indonetwork.co.id/2578720/getah-pinus.htm

GUM ROSIN WW and X GRADE



GUM ROSIN WW and X GRADE


Description
            Gum Rosin WW and X grade is a natural resin, It Is good tackifier resin which can be used to formulate various adhesives that will exhibit adhesion properties.

Application                                              
            Hot melt, solvent and water based adhesives. Paint and ink

Features
            It Has excellent solubility in xylene, toluene and other aromatic and aliphatic hydrocarbon solventsm also good solubility in esters and ketones. Good compability with EVA copolymer and other synthetic resins.

Packaging
Galvananized iron drum 240 Kg net/ PP woven bag with PE inner bag 25kg net.

Storage
Product should be stored under cover, in a clean will ventilated area with relative humidity below 70% at ambient temperature. Maintain a clean area by removing dust. Keep awat from heat, sparks and other sources of ignition. No Smoking, The product is prone to slow oxidation and it is recommended that it be used on a first in first out basis.

Technical Data

DESCRIPTION
SPECIFICATION
Appearance (visual)
Amber transparent solid/lump
Acid Value, mgKOH/g, min
190
Non Volatile content, %, min
96
Color, Gardner , Max
8
Softening Point, ºC (R & B)
77-83